[Resensi Novel] 1 Kos 3 Cinta 7 Keberuntungan, Cerita Yang Fresh

Foto Novel 1 Kos 3 Cinta 7 Keberuntungan by Senja Bahasa
Foto Novel 1 Kos 3 Cinta 7 Keberuntungan by Senja Bahasa

Judul : 1 Kos 3 Cinta 7 Keberuntungan

Penulis : Astrid Tito

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : Ke-1

Tahun Terbit : 2019

Tempat Terbit : Jakarta

ISBN : 978-602-06-3016-8

Tebal : 295 halaman

Ukuran : 13.5 x 20 cm

Harga : Rp 85.000-

Rating : 4.2⭐/5⭐

Cerita novel terbaru Astrid Tito ini dapat dikatakan fresh dan menghibur. Saat membacanya saya sempat kesulitan menggolongkan genre novel ini. Romansa dapat, misteri iya, religi juga iya, sedih bisa, komedi? Jangan ditanya, sangat kerasa sampai bikin guling-guling. Keren abiss!

Awal membaca judul novel ini, kilasan memori kehidupan anak kos saat menjadi Mahasiswa, yang tiap akhir bulan bisa makan berbagai makanan soto, rendang, ayam geprek ala mie instan langsung bermunculan (iya, rasanya doang yang varian, wujudnya tetap saja hasil olahan tepung yang keriting :D). Namun, kos yang dibahas dalam novel ini ternyata berbeda lho. Kos rasa apartemen. Kos ini benar-benar elite, mewah, elegan, dan komplit dengan semua fasilitasnya. Ada liftnya, mesin ATM, kolam renang, mini market 24 jam, bahkan ada taman rooftopnya. Dengan fasilitas yang tidak biasa itu, tentu biaya sewanya juga tidak biasa. Harga sewa kos yang berada di kawasan perkantoran Jakarta ini sebulannya bisa mencapai 7 juta. Penghuninya kebanyakan dari kalangan menengah atas, mulai dari pemusik, dokter, producer, hingga pengacara, ada.

Novel ini mengisahkan problematika kehidupan kos kaum urban yang dimiliki Fatimah alias Patty dan anak-anak kosnya. Patty diramal bahwa hidupnya tidak akan jauh-jauh dari angka 7. Angka 7 adalah angka keberuntungannya. Oleh karena meski berada di tengah Kota, kos ini ada bau-bau mistisnya, selalu berkaitan dengan angka 7 (tujuh). Biaya sewanya saja harus 7 juta. Nama kosnya adalah Kos 7. Kos yang terdiri dari 3 lantai ini, masing-masing lantainya ada 7 kamar. Yang bikin merinding, di dalam kamar lantai 3 nomor 7 tersebut ada guci-guci antik yang jumlahnya ada 7 dan tidak boleh pecah. Selain itu, entah kebetulan atau tidak, penghuni kamar kos nomor 7 selalu dirundung masalah dan berulah. Penghuni yang lain tentu kena imbasnya. Rakai-Aol-Rendy-Vika-Eda yang menghuni kamar nomor 2-3-4-5-6 kos mewah tersebut sering merasa terganggu dengan penghuni kamar nomor 7. Apa yang terjadi dengan penghuni nomor 7? Mampukah mereka mengatasi permasalahan penghuni kamar nomor 7? Lantas, misteri apa yang melibatkan Patty, sang pemilik kos, dengan angka 7 dan kamar nomor 7? Berikut secuplik gambaran kisahnya.

Novel 1 Kos 3 Cinta 7 Keberuntungan ini dibagi ke dalam 3 episode. Episode pertama terasa sekali aroma mistisnya. Linda, perempuan yang berpenampilan kusut, selalu berpakaian dengan warna yang tabrak lari, dan setiap malam teriak-teriak tidak jelas, seperti “SETAAAAAANNN KALIAAANN SEMUAAA!!!” sambil memukul-mukul apa saja di sekitarnya dengan tongkat kasti yang ia bawa kemana-mana. Belum lagi, kalau sudah menggedor-gedor pintu penghuni lain tiap tengah malam, membuat si empunya kamar bergidik. Ada apa dengan Linda? Kenapa dia sering berteriak-teriak? Kamu akan menemukan jawabannya pada episode satu di novel ini.

Setelah Linda ke luar dari kos, Renata masuk mengisi kekosongan kamar 7. Tanpa diduga, ternyata wanita berparas cantik dengan body bak biola ini adalah seorang pelakor. Kehadiran Renata membuat hubungan antara Rendy dan Aol yang sempat dekat menjadi renggang. Belum lagi, hampir setiap malam ada laki-laki yang mengunjunginya. Akibat ulahnya, suatu hari ia dilabrak anak dan istri SAH keluarga laki-laki hidung belang yang sering bertandang ke kamarnya itu. Kegaduhan di kos pun tidak dapat dihindari. Lalu, setelah kejadian itu apakah Renata tetap menjadi pelakor setelah “dikunjungi” keluarga laki-laki itu? Di mata Aol dan Eda, Renata ini seseorang yang buruk. Sebaliknya, menurut Rendy dan Vika, Renata adalah sosok yang baik. Lantas, siapa sebenarnya Renata ini? Kamu akan menemukan keseruan kisah ini pada Episode Kedua novel ini.

Episode terakhir menceritakan tentang penghuni kamar nomor 7 yang bernama Bram Pratama. Bram, si laki-laki kemayu ini sering didatangi dan digebuki penagih akibat utang kartu kredit yang menggulung hingga segunung. Akibat kasus Bram ini, Rakai penghuni kamar nomor 2 yang berniat menolongnya mendapatkan getahnya hingga masuk rumah sakit. Tidak cukup dengan itu, mobil Eda, penghuni kos kamar nomor 6 tiba-tiba di sita oleh debt collector si Bram. Apa yang menyebabkan Bram berutang ke rentenir? Berapa jumlah utang si Bram? Kenapa mobil Eda bisa diambil oleh penagih utang Bram? Setelah Bram, masih adakah yang ingin menempati kamar nomor 7? Kalau ingin tahu kisah ini, sila baca episode tiga pada novel ini.

Kisah dalam novel ini menarik, komplit, dan cukup pelik. Satu novel merangkum banyak kisah. Tidak hanya menyuguhkan konflik di atas, novel ini juga menyajikan kisah kehidupan pemilik dan penghuni kos lainnya. Mereka mempunyai masalah masing-masing, mulai dari keluarga, pekerjaan, persahabatan, impian, asmara, hingga mistis.

Kisah Patty dan mantan kekasihnya, Arya yang di kelilingi hal-hal mistis. Dari secarik kertas lusuh pemberian ayah Patty, Kos 7 dapat didirikan. Cerita Rakai yang diketahui ternyata seorang duda dan bekerja di Rumah Sakit Jiwa. Kisah picisan antara Aol dan Rendy yang terganjal restu orang tua hingga menyebabkan mereka putus. Ada kisah Rendy juga yang bekerja keras menggapai cita-citanya sebagai pemusik. Cita-citanya itu tidak disetujui orang tuanya sampai kejadian membuatnya diusir dan dicoret dari daftar Kartu Keluarga. Cerita Eda yang memutuskan untuk menjadi tomboi dan tidak ingin menikah sebab trauma yang dimilikinya di masa lalu. Ada pula kisah Vika yang pilu, kehidupan bahagia dan nyaris sempurna bersama dengan suaminya Niko harus berakhir dengan perceraian sebab Vika tidak dapat memberikan Niko keturunan. Hal itu membuat Vika depresi dan memilih ngekos. Siapa yang menyangka, tinggal di kos tersebut justru mempertemukannya dengan Rakai yang sedikit demi sedikit menarik hatinya. Bagaimana kisah cinta Aol dan Rendy, Vika dan Rakai, serta Patty dan Arya? Apakah Eda tetap kekeh dengan keputusannya untuk tetap melajang hingga akhir? Bagaimana kisah misteri Kos 7? Penasaran seperti apa kisahnya? Sekali lagi, kamu harus membaca sendiri kisahnya. 😀

Dalam sebuah novel banyak tokoh itu sudah biasa, tetapi menuliskan Point of View (POV) banyak tokoh itu yang luar biasa. Kisah dalam novel ini diceritakan secara bergantian dari berbagai sudut pandang. Biasanya dua atau tiga sudut pandang tokoh, tidak tanggung-tanggung enam sudut pandang tokoh sekaligus diborong dalam novel ini, yakni Patty si empunya kos dan Rakai, Vika, Aol, Rendy, dan Eda para penyewa kos. Agar pembaca tidak bingung mengenai siapa yang sedang bercerita, maka perubahan pencerita ditandai dengan nama tokoh yang tertera sebelum paragraf berganti. Selain itu, juga perubahan kata ganti, ‘Saya’, ‘Aku’, dan ‘Gue’.

Meskipun tokohnya banyak tetapi semua konflik diselesaikan dengan cukup baik. Semua misteri dibalik kisah-kisah ini pun terjawab. Asmara dan konflik keluarga juga berakhir dengan tidak menggantung.

Cerita dalam novel terkesan rame. Gaya bertutur Astrid Tito yang asyik dan lumayan hiperbolis menurut saya justru membuat pembaca semakin menikmati kisahnya. Banyak sekali kata-kata pengandaian juga yang digunakan penulis untuk menggambarkan suasana hati tokoh, serta situasi dan keadaan peristiwa yang berlangsung.

“Tapi beneran, adegan ini adrenaline rush banget. Semacam lo lagi asyik berdiri di dalam kereta, nggak ngapa-ngapain, ngga salah apa-apa, terus lo dituduh nyopet dompet ibu-ibu di sebelah lo, terus orang satu kereta udah siap-siap mau jambak, mentung, nendang lo. Terus lo ngga bisa lari karena pintu kendaraannya sudah ditutup Pak Masinis. Gitu deh perasaannya. Deg-degan mampus!” (hlm 70)

Tidak jarang juga diselipi humor yang membuat pipi berolahraga. Lelucon kekinian yang bikin ngakak sering dilemparkan oleh penulis. Seperti bagian Eda yang menelepon bosnya. Izin sakit tiga hari untuk memulihkan kondisi tubuhnya yang drop.

Namun sang bos dengan nada bijak bestarinya langsung mengeluarkan sabdanya padaku, “Eda, bagaimana kalau hari ini saja kamu sakitnya? Karena kamu harus segera selesaikan masalah hukum Herald dan Liliana. Ya kan?”

Aku pun hanya bisa menanggapi beliau dengan nada tak kalah bijak namun mistis, “Doakan saya bisa sembuh sebelum tujuh purnama ya, Pak.” (hlm 99)

Tema yang diangkat dalam novel realistis dengan kehidupan kaum Urban Jakarta. Pertama, di tengah-tengah kemajuan teknologi ini, masih ada orang yang percaya dengan takhayul dan menggunakan jimat beserta kerabatnya sebagai pelaris rezeki. Kedua, soal pelakor. Banyak sekali contoh kasus yang kita temui di zaman sekarang. Tidak sedikit hengpong zadul akun gosip memotret cekrak-cekrek, memergoki suami/istri orang lain berduan dengan orang yang bukan suami/istri sahnya. Ketiga, di tengah kehidupan metropolis, tuntutan gaya hidup, mendapat label kaya, fakir pujian feed Instagram, serta keinginan mendapatkan teman dengan mudah, tidak sedikit orang yang tergoda dan rela terlilit utang dengan lintah darat. Ketiga kasus di atas sangat marak terjadi di sekitar kita bukan?

Penulisan latar tempat dalam novel ini cukup detail dalam memberikan gambaran untuk membaca bagaimana kos mewah di Jakarta.

“Selepas keluar dari lift, gue berjalan menyusuri karpet tebal, melewati sepasang sofa empuk berbahan beledu, melintasi wallpaper cokelat bermotif garis yang tampak dinamis. Melihat keluar dari deretan kaca tebal transparan pengganti tembok. Wuih, apaan tuh? Taman? Di rooftop? Beuh! Tempat asyik untuk nongkrong. ‘Ntap jiwa!” (hlm 35)

Di dalam novel ini diselipi kutipan-kutipan yang pas dan mengena. Banyak quote yang bagus (bisa dijadikan status di Instagram :D). Banyak pesan yang dapat dijadikan hikmah dalam menjalani laku kehidupan. Saya tidak menyangka akan mendapat ilmu agama juga dari membaca novel ini. Ternyata angka 1, 3, dan 7 yang dari awal jadi misteri punya makna yang dalam sekali. Good job for Author!

You know, my friend? Life is truly like a roller coaster. It has its ups and down. Kehidupan tak selamanya menawarkan manisan madu dan gula, Sayang. Kadang kamu harus menegak pil pahit bulat-bulat, karena kamu tidak punya pilihan lain. Selain menerima, dan menikmati. Just enjoy the ride. Just enjoy the life.” (hlm 2)

“Kalau makan ketan, jangan buru-buru. Tapi lupakan mantan, harus buru-buru.” (hlm 14)

“Yeah! Sometimes you have to leave, not for ego. But for self respect!” (hlm 38)

“Yang jelas, Kai. Menurut saya, hidup itu seperti roller coaster. Ada saat naik, ada saat turun. Ada saat gembira, ada saat senang. Adalah keputusan kita untuk meneruskan depresi saat naik roller coaster, dengan berteriak dan menangis terus-terusan menuntut operator untuk menurunkan kita dari wahana. Atau menikmati wahana tersebut dengan tertawa, bersyukur, dan berpikiran: Ah, ini kan hanya permainan.” (hlm 84-85)

“Seperti kata Kakek Albert Einstein, “Setiap orang terlahir genius. Tetapi, jika engkau memaksa seekor ikan harus punya kemampuan memanjat pohon, maka ikan itu akan menghabiskan seluruh hidupnya untuk memercayai bahwa dirinya bodoh.” (hlm 132)

“Seperti kata Jalaluddin Rumi, filsuf yang agung itu, “Jangan bersedih. Apa pun yang hilang darimu, akan kembali dalam bentuk yang lain.” (hlm 259)

Dari segi fisik, sampulnya eye-catching. Buku dengan cover warna kuning gonjreng kesekian yang saya beli di tahun ini. Memang ya, warna kuning buat salfok a.k.a salah fokus. Ilustrasi tokoh cukup menarik. Saya kira awalnya itu yang cewek, Vika, Aol, dan Eda, ternyata bukan Eda tetapi Patty. Eda kan tomboi, tidak mungkin rambutnya panjangkan? Sebagaimana judulnya, cukup mewakilkan tiga cinta yang terjalin di dalam kos itu (Upss, Spoiler!). Akan tetapi, masih ditemukan beberapa typo. Meskipun tidak banyak, itu sedikit mengganggu. Selain itu, pemenggalan kata dalam novel ini kurang tepat, seperti koran sehingga mengganggu kenyaman saat membaca.

Alur dalam novel maju-mundur-maju. Kalau baca harus jeli, mengingat waktunya seolah bersamaan. Flashback atau masa sekarang tidak ada tandanya, seperti pada umumnya, memiringkan semua penulisan pada bagian flashback-nya atau diberi tanggal peristiwa, kedua hal itu tidak didapati dalam novel. Jika tidak teliti maka kamu bisa bingung dan mendapati kesan novel yang loncat-loncat (Tupai kali ah, loncat-loncat).

Kisah dalam novel ini terasa cepat. Oleh karena kisah ini banyak tokohnya sehingga kisahnya tidak panjang. Membuat jiwa ‘kepo’ saya merasa kurang. Saya rasa satu novel itu bisa dipecah menjadi 2 hingga 3 novel agar lebih detail kisah tiap tokohnya. Kisah setiap tokohnya menarik. Kisah cinta Patty dan Arga sedikit sekali, belum bisa meresapi banget-banget. Tiba-tiba mengajak nikah. Kisah Vika dan Rakai feel-nya kurang dapat. Selain itu, beberapa plot juga bisa ditebak. Akan tetapi, secara keseluruhan saya suka dan dapat menikmatinya.

Novel ini cocok direkomendasikan bagi pembaca yang suka dengan genre romansa, komedi, dan misteri. Selamat membaca! Selamat terhibur! 😀

Tinggalkan komentar